Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 15 Oktober 2014

Maksud Hatiku

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6wHU4R1AvcX6kNO0HwFipEqpH2tHDMrz0cGP5TC0_ls_nQKIZX5Ql8eMm4ejVuV6xTpG48w3UgTtom0hhgExw19vo8zR-_ZTC2HZwDBwOzQzC8r8mHUAcHmzCpSnaDYKNCSeOagXYDOg/s320/air-mata-300x218.jpg


"Air mata adalah satu-satunya cara bagaiman mata berbicara ketika bibir tak lagi mampu menjelaskan apa yang membuat perasaanmu terluka."
Saat kita balita, menangis dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Waktu masih balita, mungkin kita menangis karena lapar, jatuh, atau ada sesuatu yang kita inginkan. Kemudian waktu berjalan. Kita menjadi anak-anak. Arti tangisan kita berubah. Waktu anak-anak, tangisan kita biasanya karena kita bertengkar dengan teman, atau mungkin kita mulai mengenal marah kepada orang tua. Kemudian waktu berputar. Kita memasuki usia remaja. Arti tangisan kita lebih banyak lagi. Kita bukan lagi anak-anak yang aktifitasnya adalah bermain. Saat remaja, kita mengalami perubahan yang sangat signifikan. Kita mengalami masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Permasalahan menjadi sangat kompleks. Kita tidak lagi hanya memikirkan mainan, tetapi kebutuhan kehidupan kita menjadi terpikirkan. Tangisan pada masa ini sungguh bermacam-macam maksud.
Apakah tangisan itu hanya ungkapan kesedihan ? Tidak sahabat, tangisan juga bisa merupakan ungkapan kekecewaan. Bahkan bahagia pun juga bisa diungkapkan dengan menangis.
Arti menangis memang berbeda-beda sahabat. Saat bibir tak lagi mampu untuk berkata. Batin tak sanggup lagi untuk bertahan. Jatuhlah air mata itu.
Disaat seorang sahabat menjatuhkan air mata. Bagaimana seharusnya seorang sahabat bertindak. Instrospeksi dirikah, atau malah menyombongkan diri. Atau malah bersuka cita atas jatuhnya air mata itu. Aku tidak tahu. Semua keputusan ada padamu. Akupun hanyalah seorang sahabatmu. Kalau memang itu kau anggap.
Disaat tidak ada lagi tempat bersandar untukku. Aku berharap engkaulah yang bisa menghiburku. Bukan kedua tanganku yang saat ini menopang dagu ku. Tetapi apalah dayaku. Hatiku dan hatimu memang tidaklah satu. Hatiku layu, hatimu kaku. Seandainya kau tahu perasaanku.
Oh sahabat, kalau memang tetesan air mataku tak mampu menyentuh batinmu. Cukuplah itu sebagai ungkapan hatiku. Saat berkata pun aku tak mampu. Hatiku resah dan pilu. Air mata itulah harapanku. Air mata itulah jawabanku. Bukan aib yang membuatku malu, tetapi seandainya kau percaya, memang seperti itulah keadaanku.
Disaat aku mengira cukup bagimu. Ternyata engkau berkata tidak dengan tingkah lakumu. Andainya engkau tahu sahabat. Betapa gundahnya hatiku. Aku harap ini tak menimpa dirimu. Bukan ini yang kuharapkan untukmu. Tetapi cahayalah yang kuharapkan memancar dari hatimu. Bukan beban seperti yang saat ini memeras air mataku.
Malam itu, memang begitulah aku. Tak mampu menahan emosiku. Air mataku mengalir membasahi pipiku. Rasa kecewa bergejolak dalam hatiku. Mengaduk-aduk batinku. Menghempaskan jiwaku ke dinding tebal dosa-dosaku.
Sahabat, disaat seperti itu, engkaulah yang kuharap sudi mengusap air mataku. Mengelus dadaku serta mendamaikan batin dan jiwaku. Itulah yang kuharap sahabat. Bukan sikap arogansimu. Aku tak tahu bagaimana menyampaikan maksud hati ini kepadamu. Selama ini, maksud hati itulah yang menuntun tubuhku bergerak bersamamu. Selama ini, maksud hati itulah yang mengantarkan jiwaku berjalan bersamamu. Waktu itu, kau membuat maksud hati itu ingin segera menamparmu. Namun batin dan jiwaku menghalangi maksud hatiku. Hingga menetes air mataku.
Maka dari itu. Janganlah kau salahkan air mata itu sahabat. Air mata itu adalah usaha batin dan jiwaku. Usaha untuk mengantarkan maksud hatiku kedalam dirimu. Semoga jalan fikiranmu bisa mengalirkan aliran maksud hati itu. Sehingga sampailah ia kedalam hatimu.
Begitulah sebenarnya sahabat. Kalau memang terlalu sulit memahami maksud hatiku. Cukuplah kau saksikan aliran air mataku. Setidaknya, jiwamu dan jiwaku dapat bertemu dalam tetesan air mata itu dan jatuh ke tanah tempat kembalinya diriku dan dirimu. Aku sangat berharap, bukan lagi balasan air mata yang timbul dalam hatimu. Tetapi benar-benar pancaran cahaya yang bisa menerangi langkah kita. Sehingga tercapailah maksud hatimu, bersama dengan sampainya maksud hatiku.

0 komentar:

Posting Komentar